“Seseorang masih mempunyai harapan jika dia telah melakukan sesuatu yang buruk tetapi takut untuk diketahui.
Seseorang sudah tercela jika dia melakukan suatu hal yang bagus
tetapi supaya semua orang mengetahuinya.”
Kisah:
Suatu malam ada pencurian sejumlah besar uang di sebuah hotel. Polisi cepat-cepat menahan semua tersangka di hotel dan sekitarnya. Semuanya berjumlah lima belas orang. Tetapi tak seorang pun yang mengaku telah melakukan pencurian.
Pada sidang pertama hakim tidak mempunyai cukup bukti untuk menuntut seorang pun. Kemudia dia mengumumkan bahwa di sebuah kuil di bagian utara ada sebuah bel kuningan yang sudah tua. Bel ini mempunyai kekuatan untuk mengungkapkan kebohongan.
Dia mengirim beberapa polisi untuk meminjam bel tersebut. Setelah bel itu dipasang di pengadilan, hakim membungkuk di depan bel dan secara serius memintanya untuk menjatuhkan keputusan dalam perkara ini. Kelima belas orang itu dihadapkan kepada bel itu. Setiap orang diharuskan untuk menyentuh bel itu dengan tangannya. Dia mengatakan bahwa jika seseorang itu tidak bersalah, bel tidak akan berbunyi ketika disentuh. Tetapi jika seseorang itu bersalah, bel itu akan berdering.
Kemudian semua lampu dimatikan dan ruangan pengadilan menjadi gelap. Satu persatu dari para tersangka berjalan menuju bel kuningan yang diletakan dibelakang sebuah layar dan meletakan tangan mereka di atasnya. Ketika bel tersebut tidak berbunyi, para hadirin di pengadilan menjadi kecewa karena berarti semua lulus tes itu.
Ketika lampu dinyalakan, hakim meminta mereka untuk menjulurkan tangan meraka. Diantara tangan-tangan yang hitam ada sepasang tangan yang bersih.
“kamu adalah pencuri itu,” kata hakim, menunjuk kepada pria yang tangannya bersih itu.
Sebelumnya hakim memerintahkan untuk melapisi bel tersebut dengan minyak&cat. Pencuri itu tidak berani menyentuhnya karena takut kejahatannya akan terungkap.
Pria itu, setelah ditangkap, mengakui telah melakukan pencurian tersebut.
Sumber : buku kisah-kisah kebijaksanaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar