Selasa, 25 Oktober 2011

KELUARGA IMPIAN (Aku & Kamu)





























Sumber :id.kawanimut.com

Kisah Pohon Apel


Ada sebuah pohon apel yang besar. Seorang anak laki-laki senang bermain-main di pohon itu. Ia bermain setiap hari, memanjat pohon itu, memetik buah apelnya, dan tidur di bawah pohon itu. Ia menyukai pohon itu, dan sang pohon juga senang bermain dengannya.
Waktu berlalu. Anak lelaki itu tumbuh besar dan tak lagi bermain di pohon itu. Suatu hari, ia mendatangi pohon itu dengan wajah murung. "Ayo bermain bersamaku," kata sang pohon.
"Tidak. Aku bukan anak kecil lagi,” kata si anak. ”Aku tidak mau bermain bersamamu lagi. Aku ingin beli mainan saja. Tapi aku tak punya uang.”

"Maaf, aku tak bisa memberimu uang. Tapi kamu bisa memetik buah apel-apelku dan menjualnya supaya bisa dapat uang,” kata sang pohon.

Anak lelaki itu gembira dan memeluk pohon apel itu, lalu pergi dengan riang. Sang pohon merasa sedih karena setelah memetik apel-apelnya, anak lelaki itu tak pernah datang lagi.

Suatu hari, anak lelaki itu kembali. Dia sudah tumbuh dewasa. Sang pohon merasa gembira. ”Ayo bermain denganku,” katanya. Anak lelaki itu menggelengkan kepala.
"Tidak. Aku tak punya waktu untuk bermain-main. Aku harus kerja untuk membiayai keluargaku. Kami butuh rumah buat tinggal. Kau bisa menolongku?”

"Maaf, aku tidak punya rumah. Tapi kamu bisa memotong cabang-cabang pohonku untuk membangun rumahmu.”

Anak lelaki itu segera menebang cabang-cabang pohon itu dengan gembira, kemudiania pergi dan tak datang lagi. Sang pohon merasa sedih, sendirian dan kesepian.

Suatu hari, anak lelaki itu datang lagi. Sang pohon merasa gembira. “Ayo bermain denganku,” katanya. Anak lelaki itu berkata, "Tidak. Aku sudah tua. Aku ingin pergi berlayar untuk menangkan diriku. Bisakah kau memberiku perahu?”

"Pakailah ranting-rantingku untuk membuat perahu. Kamu bisa berlayar jauh dan menenangkan diri.”

Anak lelaki itu pun menebang ranting-ranting pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar jauh dan lama tidak kembali.

Akhirnya, suatu hari anak lelaki itu kembali setelah bertahun-tahun perg. Sang pohon berkata dengan sedih, “Maafkan aku, aku tak punya apapun lagi yang bisa kuberikan untukmu. Tak ada lagi buah apel untuk dimakan. Tak ada ranting untuk dipanjat. Aku sungguh tak punya apapun. Satu-satunya yang tersisa cuma akar-akarku yang sudah tua,” kata sang pohon dengan berlinang air mata.

"Aku tak butuh apapun,” jawab si anak. ”Aku hanya butuh tempat istirahat. Aku sudah tua dan lelah sekali belakangan ini.”

"Bagus! Akar-akar tua adalah tempat terbaik untuk istirahat. Duduklah dan tidurlah di sini.”

Anak lelaki itu pun duduk dan tidur di akar pohon itu. Sang pohon tersenyum sambil meniitikkan air mata. Meskipun sudah begitu lama si anak tidak mau bermain dengannya lagi, dan hanya datang untuk pergi, namun di masa tuanya, ia masih bisa memberi.

Kalau direnungkan, cerita ini adalah cerita tentang kita semua. Sang pohon apel adalah orang tua kita.

Ya. Ketika masih kecil, kita senang bermain dengan kedua orangtua. Saat tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan kembali hanya bila kita sedang butuh atau menghadapi masalah. Namun apapun yang terjadi, orang tua kita akan selalu ada, siap memberi apapun yang mereka miliki untuk membuat kita bahagia. Mungkin Anda berpikir, betapa kejamnya si anak lelaki dalam cerita ini, tapi begitulah cara kita semua memperlakukan kedua orang tua kita, bukan?


Sumber

by GeleMbunG IkaN BelO at 2:08 pm

Sabtu, 22 Oktober 2011

“Leaf, How Much Love in Your Heart….???”


Kulihat dari kejauhan ada gumpalan angin yang menerjang sebuah pohon yang tak lagi hijau daun-daunnya. Kering, semua yang ada di sana kering. Hujan lama tak menyapa hamparan tanah itu. Dan benar banyak daun yang melayang terbang terbawa angin. Pohon itu di tinggalkan.

Namun, lihat masih ada satu daun yang melekat erat diantara rapuhnya ranting pohon itu. Memang ia tak lagi segar, ujung daun itu pun terlihat mulai menguning kecoklatan, tapi kenapa ia tak terbawa angin seperti daun lainya? Tak cukup kuatkah angin meniupkan hembusnya hingga ada satu helai yang tertinggal?

Lalu angin itu kembali, melayang terbang diantara pohon yang sesaat tadi ia lewati. Penuh heran ia bertanya pada daun itu,

“apa yang membuatmu melekat erat pada ranting kering itu?”

“kamu angin, mana paham dengan gunaku untuk pohon ini” jawab daun.

“ya, karena tak paham itulah aku bertannya padamu”

“aku malas menjelaskanya padamu, namun jika engkau sangat ingin tahu, baiklah aku jelaskan. Aku tetap disini karena aku menyayangi pohon ini”

“sayang? Hahaha, Apa yang bisa di sayang dari bongkahan kayu yang kian rapuh ini?”

“aku menyayanginya karena aku pernah ia beri kesempatan untuk hidup disalah satu rantingnya”

Keadaan sesaat hening lalu angin kembali bertanya kepada daun;

“apa hanya tentang itu?” tanya angin.

“tentu saja bukan dan tak sesederhana itu.. pohon ini telah memberiku banyak hal, semua yang ia dapatkan dari tanah ia beri pula kepadaku.. itu memberiku kehidupan.. dan itu pulalah yang membuatku amat mencintainya….” jawab daun.

“ah kamu, terlalu sentimentil.. bukankah yang ia beri padamu hanyalah bagian kecil yang ia dapatkan dari bumi.. selebihnya ia gunakan untuk menggemukan badannya itu?”

“iya, aku tahu itu.. tapi apakah engkau mengerti jika pohon tak pernah meninggalkan daun??, yang ada hanyalah daun yang meninggalkan pohon, terlebih lagi mereka yang terlalu cepat terpesona dengan belai lembutmu angin”

“hahaha, jangan salahkan aku dong, mereka pergi karena mereka tak yakin jika pohon ini akan memberi mereka kesempatan hidup yang lama, maka mereka memilih terbang bersamaku”.

Daun terdiam, dari wajahnya tergambar sesuatu yang menurutnya sangat serius dan penting..

“angin, apakah semua hal diukur dengan seberapa manfaatnya sesuatu untuk kita?” tanya daun.

Angin tertegun sesaat, lalu ia berkata..”rasanya tidak, ada kalanya kita akan bertindak kurang rasional untuk sesuatu yang kita sayangi.. tapi bukankah dalam ketidakrasionalannya itu rasa sayang terlihat seperti hal aneh yang indah?”

Daun tersenyum mendengar apa yang angin ucap, lalu ia pun berkata “itulah yang membuatku ada disini, menemani yang tercinta sampai ia kembali pulih”.

“apa maksudmu?” tanya angin.

“jika aku pergi maka pohon ini pasti akan mati, karena aku hal terakhir yang bisa melengkapi proses kehidupannya”.

Angin terlihat bingung, lalu ia berkata..”coba lebih jelas lagi..?”

“aku membantu pohon untuk melengkapi sebuah proses yang disebut FOTOSINTESIS.. aku berguna untuk menangkap sinar Matahari dan juga Carbon Dioksida yang akan digunakan untuk mengolah apa yang akar kirim dari tanah.. lalu dari semua itu lahirlah makanan yang bisa pohon gunakan untuk membuatnya bertahan dan hidup”.

“oh begitu ya… tapi apakah kamu tidak takut jika pohon ini telah kembali segar dan banyak daun baru yang tumbuh, maka kamu tak lagi ia butuhkan?”

Daun kembali tersenyum, lalu ia berkata “itu terserah pohon, jika pun aku tak lagi ia butuhkan setidaknya aku pernah membalas kasih yang pernah ia beri untukku, dan aku bahagia pernah melakukan hal penting untuk yang kusayang.. seperti yang engkau katakan sebelumnya jika cinta kadang terlihat indah dalam ketidakrasionalanya”

“hahahaha.. iya”

Suasana kembali sunyi, awan dilangit bergerak pelan.. lalu angin berkata kembali kepada daun..

“daun, jika akhirnya kamu terlepas dari pohon ini maukah engkau kupeluk?” tanya angin.

“engkau peluk, maksudnya?”

“hehehehe, maksudnya aku meminta ijin kepadamu untuk menjadi sepasang sayap bagimu dan mengajakmu terbang ke atas awan2 itu”

Daun terdiam sesaat, lalu bertanya “untuk apa engkau menawari diri untuk menjadi sayap untukku?”

“karena aku ingin merasakan betapa beruntungnya memilikimu, karena menurutku tempatmu bukan disini, tapi di hampar taman Surga.. siapa tahu aku bisa membawamu terbang sampai kesana..hahahaha”

“hehehe, rayuanmu gombal sekali.. pantas saja banyak daun yang terpesona padamu”

“hehe, itu masalah bakat saja.. jadi enggankah engkau dengan apa yang aku minta?”

“baiklah.. walau sebenarnya aku lebih suka tetap berada disini, di dekatnya walau tak lagi menjadi bagian dari pohon” jawab daun sambil tersenyum.

“cintamu memang bukan cinta biasa kepada pohon ya?” ucap angin sekali lagi

“hehehehe.. entahlah”

Angin hanya tersenyum, namun ia sangat senang setelah apa yang ia tawarkan daun terima.. lalu angin berhembus mendekati pohon, kemudian berbisik pelan kepada pohon..

“jaga ia dengan baik, kalau bisa jangan pernah melepaskan ia dari rantingmu.. karena jika ia engkau lepaskan, takan kubiarkan engkau memilikinya kembali, sekalipun engkau cabut akarmu untuk mengejarku”.

“hey, apa yang engkau katakan kepada pohon?” tanya daun.

“ah tidak, hanya berhembus saja, ya anggaplah sapa mesra dariku.. hehehehe” jawab angin.

Setelah itu angin mengucap permisi kepada pohon dan sehelai daun itu, karena ia akan terbang kembali dan menerebos pohon-pohon lainnya. Sebelum benar pergi angin berkata kepada daun sekali lagi..

“aku akan kembali untuk menjemputmu”

Angin terbang menjauh, akankah suatu saat ia kembali untuk membawa terbang daun itu..? tak ada yang tahu……………….

-the end- or –to be continued-????

sumber : fiksiana