.jpg)

Rabu, 02 November 2011
"system restore" (I NEED IT..!!!!!)
Andai saja hidup ini seperti sebuah sistem komputer, akan ku cari dimana tombol "RESTORE" itu berada, dan akan kuperbaiki setiap kesalahan yang telah kuperbuat bahkan hingga hal yang paling terkecil, Andai saja..??
Sabtu, 29 Oktober 2011
Jumat, 28 Oktober 2011
Selasa, 25 Oktober 2011
Kisah Pohon Apel
Ada sebuah pohon apel yang besar. Seorang anak laki-laki senang bermain-main di pohon itu. Ia bermain setiap hari, memanjat pohon itu, memetik buah apelnya, dan tidur di bawah pohon itu. Ia menyukai pohon itu, dan sang pohon juga senang bermain dengannya.
Waktu berlalu. Anak lelaki itu tumbuh besar dan tak lagi bermain di pohon itu. Suatu hari, ia mendatangi pohon itu dengan wajah murung. "Ayo bermain bersamaku," kata sang pohon.
"Tidak. Aku bukan anak kecil lagi,” kata si anak. ”Aku tidak mau bermain bersamamu lagi. Aku ingin beli mainan saja. Tapi aku tak punya uang.”
"Maaf, aku tak bisa memberimu uang. Tapi kamu bisa memetik buah apel-apelku dan menjualnya supaya bisa dapat uang,” kata sang pohon.
Anak lelaki itu gembira dan memeluk pohon apel itu, lalu pergi dengan riang. Sang pohon merasa sedih karena setelah memetik apel-apelnya, anak lelaki itu tak pernah datang lagi.
Suatu hari, anak lelaki itu kembali. Dia sudah tumbuh dewasa. Sang pohon merasa gembira. ”Ayo bermain denganku,” katanya. Anak lelaki itu menggelengkan kepala.
"Tidak. Aku tak punya waktu untuk bermain-main. Aku harus kerja untuk membiayai keluargaku. Kami butuh rumah buat tinggal. Kau bisa menolongku?”
"Maaf, aku tidak punya rumah. Tapi kamu bisa memotong cabang-cabang pohonku untuk membangun rumahmu.”
Anak lelaki itu segera menebang cabang-cabang pohon itu dengan gembira, kemudiania pergi dan tak datang lagi. Sang pohon merasa sedih, sendirian dan kesepian.
Suatu hari, anak lelaki itu datang lagi. Sang pohon merasa gembira. “Ayo bermain denganku,” katanya. Anak lelaki itu berkata, "Tidak. Aku sudah tua. Aku ingin pergi berlayar untuk menangkan diriku. Bisakah kau memberiku perahu?”
"Pakailah ranting-rantingku untuk membuat perahu. Kamu bisa berlayar jauh dan menenangkan diri.”
Anak lelaki itu pun menebang ranting-ranting pohon untuk membuat perahu. Ia pergi berlayar jauh dan lama tidak kembali.
Akhirnya, suatu hari anak lelaki itu kembali setelah bertahun-tahun perg. Sang pohon berkata dengan sedih, “Maafkan aku, aku tak punya apapun lagi yang bisa kuberikan untukmu. Tak ada lagi buah apel untuk dimakan. Tak ada ranting untuk dipanjat. Aku sungguh tak punya apapun. Satu-satunya yang tersisa cuma akar-akarku yang sudah tua,” kata sang pohon dengan berlinang air mata.
"Aku tak butuh apapun,” jawab si anak. ”Aku hanya butuh tempat istirahat. Aku sudah tua dan lelah sekali belakangan ini.”
"Bagus! Akar-akar tua adalah tempat terbaik untuk istirahat. Duduklah dan tidurlah di sini.”
Anak lelaki itu pun duduk dan tidur di akar pohon itu. Sang pohon tersenyum sambil meniitikkan air mata. Meskipun sudah begitu lama si anak tidak mau bermain dengannya lagi, dan hanya datang untuk pergi, namun di masa tuanya, ia masih bisa memberi.
Kalau direnungkan, cerita ini adalah cerita tentang kita semua. Sang pohon apel adalah orang tua kita.
Ya. Ketika masih kecil, kita senang bermain dengan kedua orangtua. Saat tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan kembali hanya bila kita sedang butuh atau menghadapi masalah. Namun apapun yang terjadi, orang tua kita akan selalu ada, siap memberi apapun yang mereka miliki untuk membuat kita bahagia. Mungkin Anda berpikir, betapa kejamnya si anak lelaki dalam cerita ini, tapi begitulah cara kita semua memperlakukan kedua orang tua kita, bukan?
Sumber
by GeleMbunG IkaN BelO at 2:08 pm
Sabtu, 22 Oktober 2011
“Leaf, How Much Love in Your Heart….???”
Kulihat dari kejauhan ada gumpalan angin yang menerjang sebuah pohon yang tak lagi hijau daun-daunnya. Kering, semua yang ada di sana kering. Hujan lama tak menyapa hamparan tanah itu. Dan benar banyak daun yang melayang terbang terbawa angin. Pohon itu di tinggalkan.
Namun, lihat masih ada satu daun yang melekat erat diantara rapuhnya ranting pohon itu. Memang ia tak lagi segar, ujung daun itu pun terlihat mulai menguning kecoklatan, tapi kenapa ia tak terbawa angin seperti daun lainya? Tak cukup kuatkah angin meniupkan hembusnya hingga ada satu helai yang tertinggal?
Lalu angin itu kembali, melayang terbang diantara pohon yang sesaat tadi ia lewati. Penuh heran ia bertanya pada daun itu,
“apa yang membuatmu melekat erat pada ranting kering itu?”
“kamu angin, mana paham dengan gunaku untuk pohon ini” jawab daun.
“ya, karena tak paham itulah aku bertannya padamu”
“aku malas menjelaskanya padamu, namun jika engkau sangat ingin tahu, baiklah aku jelaskan. Aku tetap disini karena aku menyayangi pohon ini”
“sayang? Hahaha, Apa yang bisa di sayang dari bongkahan kayu yang kian rapuh ini?”
“aku menyayanginya karena aku pernah ia beri kesempatan untuk hidup disalah satu rantingnya”
Keadaan sesaat hening lalu angin kembali bertanya kepada daun;
“apa hanya tentang itu?” tanya angin.
“tentu saja bukan dan tak sesederhana itu.. pohon ini telah memberiku banyak hal, semua yang ia dapatkan dari tanah ia beri pula kepadaku.. itu memberiku kehidupan.. dan itu pulalah yang membuatku amat mencintainya….” jawab daun.
“ah kamu, terlalu sentimentil.. bukankah yang ia beri padamu hanyalah bagian kecil yang ia dapatkan dari bumi.. selebihnya ia gunakan untuk menggemukan badannya itu?”
“iya, aku tahu itu.. tapi apakah engkau mengerti jika pohon tak pernah meninggalkan daun??, yang ada hanyalah daun yang meninggalkan pohon, terlebih lagi mereka yang terlalu cepat terpesona dengan belai lembutmu angin”
“hahaha, jangan salahkan aku dong, mereka pergi karena mereka tak yakin jika pohon ini akan memberi mereka kesempatan hidup yang lama, maka mereka memilih terbang bersamaku”.
Daun terdiam, dari wajahnya tergambar sesuatu yang menurutnya sangat serius dan penting..
“angin, apakah semua hal diukur dengan seberapa manfaatnya sesuatu untuk kita?” tanya daun.
Angin tertegun sesaat, lalu ia berkata..”rasanya tidak, ada kalanya kita akan bertindak kurang rasional untuk sesuatu yang kita sayangi.. tapi bukankah dalam ketidakrasionalannya itu rasa sayang terlihat seperti hal aneh yang indah?”
Daun tersenyum mendengar apa yang angin ucap, lalu ia pun berkata “itulah yang membuatku ada disini, menemani yang tercinta sampai ia kembali pulih”.
“apa maksudmu?” tanya angin.
“jika aku pergi maka pohon ini pasti akan mati, karena aku hal terakhir yang bisa melengkapi proses kehidupannya”.
Angin terlihat bingung, lalu ia berkata..”coba lebih jelas lagi..?”
“aku membantu pohon untuk melengkapi sebuah proses yang disebut FOTOSINTESIS.. aku berguna untuk menangkap sinar Matahari dan juga Carbon Dioksida yang akan digunakan untuk mengolah apa yang akar kirim dari tanah.. lalu dari semua itu lahirlah makanan yang bisa pohon gunakan untuk membuatnya bertahan dan hidup”.
“oh begitu ya… tapi apakah kamu tidak takut jika pohon ini telah kembali segar dan banyak daun baru yang tumbuh, maka kamu tak lagi ia butuhkan?”
Daun kembali tersenyum, lalu ia berkata “itu terserah pohon, jika pun aku tak lagi ia butuhkan setidaknya aku pernah membalas kasih yang pernah ia beri untukku, dan aku bahagia pernah melakukan hal penting untuk yang kusayang.. seperti yang engkau katakan sebelumnya jika cinta kadang terlihat indah dalam ketidakrasionalanya”
“hahahaha.. iya”
Suasana kembali sunyi, awan dilangit bergerak pelan.. lalu angin berkata kembali kepada daun..
“daun, jika akhirnya kamu terlepas dari pohon ini maukah engkau kupeluk?” tanya angin.
“engkau peluk, maksudnya?”
“hehehehe, maksudnya aku meminta ijin kepadamu untuk menjadi sepasang sayap bagimu dan mengajakmu terbang ke atas awan2 itu”
Daun terdiam sesaat, lalu bertanya “untuk apa engkau menawari diri untuk menjadi sayap untukku?”
“karena aku ingin merasakan betapa beruntungnya memilikimu, karena menurutku tempatmu bukan disini, tapi di hampar taman Surga.. siapa tahu aku bisa membawamu terbang sampai kesana..hahahaha”
“hehehe, rayuanmu gombal sekali.. pantas saja banyak daun yang terpesona padamu”
“hehe, itu masalah bakat saja.. jadi enggankah engkau dengan apa yang aku minta?”
“baiklah.. walau sebenarnya aku lebih suka tetap berada disini, di dekatnya walau tak lagi menjadi bagian dari pohon” jawab daun sambil tersenyum.
“cintamu memang bukan cinta biasa kepada pohon ya?” ucap angin sekali lagi
“hehehehe.. entahlah”
Angin hanya tersenyum, namun ia sangat senang setelah apa yang ia tawarkan daun terima.. lalu angin berhembus mendekati pohon, kemudian berbisik pelan kepada pohon..
“jaga ia dengan baik, kalau bisa jangan pernah melepaskan ia dari rantingmu.. karena jika ia engkau lepaskan, takan kubiarkan engkau memilikinya kembali, sekalipun engkau cabut akarmu untuk mengejarku”.
“hey, apa yang engkau katakan kepada pohon?” tanya daun.
“ah tidak, hanya berhembus saja, ya anggaplah sapa mesra dariku.. hehehehe” jawab angin.
Setelah itu angin mengucap permisi kepada pohon dan sehelai daun itu, karena ia akan terbang kembali dan menerebos pohon-pohon lainnya. Sebelum benar pergi angin berkata kepada daun sekali lagi..
“aku akan kembali untuk menjemputmu”
Angin terbang menjauh, akankah suatu saat ia kembali untuk membawa terbang daun itu..? tak ada yang tahu……………….
-the end- or –to be continued-????
sumber : fiksiana
Senin, 29 Agustus 2011
just coffee for just people: Makna Kalimat : "Minal ‘Aidin Wal Faizin"
just coffee for just people: Makna Kalimat : "Minal ‘Aidin Wal Faizin": Kata-kata “Minal Aidin wal Faizin” acapkali didengar atau ditulis di media massa, di film, sinetron, acara halal-bihalal, atau ketika kita ...
Minggu, 28 Agustus 2011
-Filosofi KOPI-
............Bagiku, proses hubungan/pergaulan dalam hidup setiap MANUSIA sebagai mahkluk bersosial itu ibarat meracik secangkir KOPI, sebaik atau sehati-hati apapun kita berkata-kata, bersikap dan bertindak, pasti saja ada perbuatan kita yang di rasa pahit oleh manusia lainnya baik secara disengaja maupun tidak, karna memang begitulah hakikatnya seorang manusia sebagai tempatnya salah dan khilaf..
".....Begitu pula dengan secangkir kopi, sepandai apapun seorang pembuat kopi (coffeemaker) dalam meracik kopi, KOPI tetaplah KOPI,, pasti akan ada rasa PAHIT didalamnya....."
(karna aku manusia, PASTI takkan sempurna. MAAFkan segala salah dan kepahitan yang ada dalam diriku)
*FILOSOFI KOPI-By fariska*
*Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana*
Mencintai itu satu perkara, sedangkan memiLiki itu perkaran yang Lain..
Suatu saat, Mencintai adalah memutar hari tanpa seseorang yang kau cintai. Sebab, dengan atau tanpa seseorang yang kau kasihi, hidup tetap harus dijaLani.
Kau tahu apa yang paLing menyakitkan saat perasaanmu begitu terikat kepada seseorang??
..bukan karena kau tidak bisa menyatu dengan dia maka kau akan merasa hidupmu begitu nestapa. Tapi ini merupakan sesuatu yang Lebih meLuLuh-Lantakkan hatimu ketika seseorang yang menyandera kemampuanmu untuk memiLiki itu tdk meLibatkan Lagi namamu dalam hidupnya, tdk mengingat tanggaL Lahirmu, tdk mengucapkan apapun ketika datang tahun baru, bahkan tdk mngirimkan pesan basa-basi pada Hari Raya perayaan agamamu. Kau tdk terLibat sama sekaLi dalam hidupnya. Bahkan, sekadar untuk diingat..
“Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta;"
Kau bertemu dengan seseorang LaLu perLahan-Lahan merasa nyaman berada di sekitarnya..
Jika dia dekat, kau merasa utuh dan sekaLigus terbelah ketika dia menjauh..
Keindahan adaLah ketika kau merasa ia memerhatikanmu tanpa kau tahu..
Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun mampu menggigiLkan akaLmu..
LaLu kemudian kau muLai tersenyum dan menangis tanpa mau disebut gila..
berhati-hatiLah..
keLak, hidup adaLah ketika kau menjaLani hari-hari dengan optimisme. MeLakukan haL-haL hebat. Menikmati kebersamaan dengan orang-orang baru. TergeLak dan gembira, membuat semua orang berpikir hidupmu telah sempurna..
sementara,. pada jeda yang kau buat bisu, sewaktu Langit meriah oLeh benda-benda yang berpijar, ketika sebuah syair menyeretmu ke masa LaLu, wajahnya tiba-tiba memenuhi setiap sudutmu. Bahkan, Langit membentuk auranya, udara bergerak mendesaukan suaranya, buLan meLengkungkan senyumnya. BersiapLah…kau akan muLai merengek kepada Tuhan. Meminta sesuatu yang mungkin itu telah haram bagimu..♡
Makna Kalimat : "Minal ‘Aidin Wal Faizin"
Kata-kata “Minal Aidin wal Faizin” acapkali didengar atau ditulis di media massa, di film, sinetron, acara halal-bihalal, atau ketika kita bertemu teman atau sudara. Akan tetapi banyak yang menyangka bahwa arti kata “Minal Aidin wal Faizin” adalah “Mohon Maaf Lahir Dan Batin” seperti yang sering kita dengar. Padahal sama sekali bukan.
Kata-kata “Minal Aidin wal Faizin” adalah penggalan sebuah doa dari doa yang lebih panjang yang diucapkan ketika kita selesai menunaikan ibadah puasa yakni : “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin” yang artinya “Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”. Sehingga arti sesungguhnya dari “Minal Aidin wal Faizin” adalah “Semoga kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”. Kembali Ke Fitrah, Kembali ke Syariah
Awas Kesalahan Penulisan
1. Minal ‘Aidin wal Faizin = Penulisan yang BENAR
2. Minal Aidin wal Faizin = Juga BENAR berdasar ejaan indonesia
3.
4.
5.
Mengapa hal ini perlu diperhatikan? Karena kesalahan penulisan abjad juga berarti makna yang salah. Seperti dalam bahasa inggris, antara Look dan Lock beda makna padahal cuman salah satu huruf bukan?
Rasulullah biasa mengucapkan taqabbalallahu minna wa minkum kepada para sahabat, yang artinya semoga Allah menerima aku dan kalian. Maksudnya menerima di sini adalah menerima segala amal dan ibadah kita di bulan Ramadhan.
Beberapa shahabat menambahkan ucapan shiyamana wa shiyamakum, yang artinya puasaku dan puasa kalian. Jadi ucapan ini bukan dari Rasulullah, melainkan dari para sahabat.
Oh iya Fariska dan Keluarga juga ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432H, Taqabbalallahu Minna Wa Minkum Wa Ja’alanallahu Minal ‘Aidin Wal Faizin
Minggu, 05 Juni 2011
Cinta Tak Bersyarat
Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda
lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah
mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun
kesehariannya diisi dengan merawat istrinya
yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka
menikah sudah lebih dari 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal
cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan
anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak
bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya
menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang,
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan,
membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat
istrinya keatas tempat tidur. Sebelum
berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan
TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia
selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah
tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh
dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang
untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya
dia pulang memandikan istrinya, mengganti
pakaian dan selepas maghrib dia temani
istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi
tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup
senang bahkan dia selalu menggoda istrinya
setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih
kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat
istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat
buah hati mereka, sekarang anak2 mereka
sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih
kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak suyatno
berkumpul dirumah orang tua mereka sambil
menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka
menikah sudah tinggal dengan keluarga
masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka
dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu
semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung
berkata ' Pak kami ingin sekali merawat ibu
semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu,
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir
bapak....... . ..bahkan bapak tidak ijinkan
kami menjaga ibu' .
dengan air
mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya
'sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan
bapak menikah lagi,kami rasa ibupun akan
mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua
bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah
tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan
merawat ibu sebaik-baik secara bergantian'.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak
diduga anak2 mereka.
'Anak2ku.... ..... Jikalau perkawinan & hidup
didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak
akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan
adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih
dari cukup, dia telah melahirkan kalian..
sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg
selalu kurindukan hadir didunia ini dengan
penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai
dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah
dia menginginkan keadaanya seperti Ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah
bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan
bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat
oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg
masih sakit.'
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno
merekapun melihat butiran2 kecil jatuh
dipelupuk mata ibu Suyatno.. dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya
itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang
oleh salah satu stasiun TV swasta untuk
menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan
pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg
sudah tidak bisa apa2..
disaat itulah
meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di
studio kebanyakan kaum perempuan pun tidak
sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno
bercerita.
'Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah
cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau
memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran,
perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih
istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat
saya mencintai saya dengan hati dan bathinnya
bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4
orang anak yg lucu2..
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk
cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian
bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen
untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum
tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit,,,'
lagi, usia yg sudah senja bahkan sudah
mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun
kesehariannya diisi dengan merawat istrinya
yang sakit istrinya juga sudah tua. Mereka
menikah sudah lebih dari 32 tahun.
Mereka dikarunia 4 orang anak disinilah awal
cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan
anak ke empat tiba2 kakinya lumpuh dan tidak
bisa digerakkan itu terjadi selama 2 tahun,
menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya
menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang,
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari pak suyatno memandikan,
membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat
istrinya keatas tempat tidur. Sebelum
berangkat kerja dia letakkan istrinya didepan
TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.
Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia
selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah
tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh
dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang
untuk menyuapi istrinya makan siang. sorenya
dia pulang memandikan istrinya, mengganti
pakaian dan selepas maghrib dia temani
istrinya nonton televisi sambil menceritakan
apa2 saja yg dia alami seharian.
Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi
tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup
senang bahkan dia selalu menggoda istrinya
setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih
kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat
istrinya bahkan sambil membesarkan ke empat
buah hati mereka, sekarang anak2 mereka
sudah dewasa tinggal si bungsu yg masih
kuliah.
Pada suatu hari ke empat anak suyatno
berkumpul dirumah orang tua mereka sambil
menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka
menikah sudah tinggal dengan keluarga
masing2 dan Pak Suyatno memutuskan ibu mereka
dia yg merawat, yang dia inginkan hanya satu
semua anaknya berhasil.
Dengan kalimat yg cukup hati2 anak yg sulung
berkata ' Pak kami ingin sekali merawat ibu
semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu,
tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir
bapak....... . ..bahkan bapak tidak ijinkan
kami menjaga ibu' .
dengan air
mata berlinang anak itu melanjutkan kata2nya
'sudah yg keempat kalinya kami mengijinkan
bapak menikah lagi,kami rasa ibupun akan
mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua
bapak dengan berkorban seperti ini kami sudah
tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan
merawat ibu sebaik-baik secara bergantian'.
Pak Suyatno menjawab hal yg sama sekali tidak
diduga anak2 mereka.
'Anak2ku.... ..... Jikalau perkawinan & hidup
didunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak
akan menikah..... .tapi ketahuilah dengan
adanya ibu kalian disampingku itu sudah lebih
dari cukup, dia telah melahirkan kalian..
sejenak kerongkongannya tersekat,... kalian yg
selalu kurindukan hadir didunia ini dengan
penuh cinta yg tidak satupun dapat dihargai
dengan apapun. coba kalian tanya ibumu apakah
dia menginginkan keadaanya seperti Ini.
Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah
bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu
dengan keadaanya sekarang, kalian menginginkan
bapak yg masih diberi Tuhan kesehatan dirawat
oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yg
masih sakit.'
Sejenak meledaklah tangis anak2 pak suyatno
merekapun melihat butiran2 kecil jatuh
dipelupuk mata ibu Suyatno.. dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya
itu.. Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang
oleh salah satu stasiun TV swasta untuk
menjadi nara sumber dan merekapun mengajukan
pertanyaan kepada Suyatno kenapa mampu
bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg
sudah tidak bisa apa2..
disaat itulah
meledak tangis beliau dengan tamu yg hadir di
studio kebanyakan kaum perempuan pun tidak
sanggup menahan haru disitulah Pak Suyatno
bercerita.
'Jika manusia didunia ini mengagungkan sebuah
cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau
memberi ( memberi waktu, tenaga, pikiran,
perhatian ) adalah kesia-siaan. Saya memilih
istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan
sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat
saya mencintai saya dengan hati dan bathinnya
bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4
orang anak yg lucu2..
Sekarang dia sakit karena berkorban untuk
cinta kita bersama..dan itu merupakan ujian
bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen
untuk mencintainya apa adanya. sehatpun belum
tentu saya mencari penggantinya apalagi dia
sakit,,,'
Roti gosong
Ketika aku masih anak perempuan kecil, ibu suka membuat sarapan dan makan malam. Dan suatu malam, setelah ibu sudah membuat sarapan, bekerja keras sepanjang hari, malamnya menghidangkan sebuah piring b eris i telur, saus dan roti panggang yang gosong di depan meja ayah.

Saya ingat, saat itu menunggu apa reaksi dari orang-orang di situ!
Akan tetapi, yang dilakukan ayah adalah mengambil roti panggang itu, tersenyum pada ibu, dan menanyakan kegiatan saya di sekolah. Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya mengoleskan mentega dan selai pada roti panggang itu dan menikmati setiap gigitannya!
Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena roti panggang yang gosong itu.
Dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan: "Sayang, aku suka roti panggang yang gosong."
Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai roti panggang gosong.
Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata, "Debbie, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar lelah. Jadi sepotong roti panggang yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun!"
Apa yang saya pelajari di tahun-tahun berikutnya adalah belajar untuk menerima kesalahan orang lain, dan memilih untuk merayakan perbedaannya - adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi.
Sumber : Chicken soup for the soul

Saya ingat, saat itu menunggu apa reaksi dari orang-orang di situ!
Akan tetapi, yang dilakukan ayah adalah mengambil roti panggang itu, tersenyum pada ibu, dan menanyakan kegiatan saya di sekolah. Saya tidak ingat apa yang dikatakan ayah malam itu, tetapi saya melihatnya mengoleskan mentega dan selai pada roti panggang itu dan menikmati setiap gigitannya!
Ketika saya beranjak dari meja makan malam itu, saya mendengar ibu meminta maaf pada ayah karena roti panggang yang gosong itu.
Dan satu hal yang tidak pernah saya lupakan adalah apa yang ayah katakan: "Sayang, aku suka roti panggang yang gosong."
Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman selamat tidur pada ayah. Saya bertanya apakah ayah benar-benar menyukai roti panggang gosong.
Ayah memeluk saya erat dengan kedua lengannya yang kekar dan berkata, "Debbie, ibumu sudah bekerja keras sepanjang hari ini dan dia benar-benar lelah. Jadi sepotong roti panggang yang gosong tidak akan menyakiti siapa pun!"
Apa yang saya pelajari di tahun-tahun berikutnya adalah belajar untuk menerima kesalahan orang lain, dan memilih untuk merayakan perbedaannya - adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan yang sehat, bertumbuh dan abadi.
Sumber : Chicken soup for the soul
Jumat, 25 Februari 2011
Belajar dari Nelayan
Pada suatu sore yang cerah, seorang cendekiawan ingin menikmati pemandangan laut dengan menyewa sebuah perahu nelayan dari tepi pantai. Setelah harga sewa
per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan
bertanya: "Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?"
"Tidak" jawab nelayan itu singkat.
Cendekiawan melanjutkan " Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat peluang kehidupan Bapak"
Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.
"APa bapak pernah belajar sejarah filsafat?" tanya cendikiawan.
"Belum pernah" jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengka n kepalanya.
Cendekiawan melanjutkan " Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat lagi peluang kehidupan Bapak". Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk
membisu.
"APa bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing?" tanya cendikiawan.
"Tidak bisa" jawab nelayan itu singkat.
"Aduh, jika demikian bapak total telah kehilangan tigaperempat peluang kehidupan Bapak"
Tiba-tiba... ..
Angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun oleng hampir terguling. Dengan tenang Nelayan bertanya kepada cendekiawan
" Apa bapak pernah belajar berenang?"
Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab "Tidak pernah"
Nelayanpun memberi komentar dengan percaya diri "Ah, jika demikian, bapak telah kehilangan semua pe luang hidup bapak"...... ......... ......... ......... .
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas:
list of 3 items
• Jangan meninggikan diri lebih hebat dari orang lain
• Jangan sombong, sebab akan direndahkan Tuhan
• Kita semua memiliki keterbatasan dan memerlukan orang lain.
Sumber : Chicken soup for the soul
per jam disepakati, keduanya melaut tidak jauh dari bibir pantai. Melihat nelayan terus bekerja keras mendayung perahu tanpa banyak bicara, sang cendekiawan
bertanya: "Apa bapak pernah belajar ilmu fisika tentang energi angin dan matahari?"
"Tidak" jawab nelayan itu singkat.
Cendekiawan melanjutkan " Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat peluang kehidupan Bapak"
Nelayan cuma mengangguk-angguk membisu.
"APa bapak pernah belajar sejarah filsafat?" tanya cendikiawan.
"Belum pernah" jawab nelayan itu singkat sambil menggeleng-gelengka n kepalanya.
Cendekiawan melanjutkan " Ah, jika demikian bapak telah kehilangan seperempat lagi peluang kehidupan Bapak". Si Nelayan kembali cuma mengangguk-angguk
membisu.
"APa bapak pernah belajar dan bisa berkomunikasi dengan bahasa asing?" tanya cendikiawan.
"Tidak bisa" jawab nelayan itu singkat.
"Aduh, jika demikian bapak total telah kehilangan tigaperempat peluang kehidupan Bapak"
Tiba-tiba... ..
Angin kencang bertiup keras dari tengah laut. Perahu yang mereka tumpangi pun oleng hampir terguling. Dengan tenang Nelayan bertanya kepada cendekiawan
" Apa bapak pernah belajar berenang?"
Dengan suara gemetar dan muka pucat ketakutan, orang itu menjawab "Tidak pernah"
Nelayanpun memberi komentar dengan percaya diri "Ah, jika demikian, bapak telah kehilangan semua pe luang hidup bapak"...... ......... ......... ......... .
Pelajaran yang dapat dipetik dari kisah di atas:
list of 3 items
• Jangan meninggikan diri lebih hebat dari orang lain
• Jangan sombong, sebab akan direndahkan Tuhan
• Kita semua memiliki keterbatasan dan memerlukan orang lain.
Sumber : Chicken soup for the soul
Alphabet menuju sukses
A : Accept (Menerima)
Terimalah diri Anda sebagaimana adanya.
B : Believe (Percaya)
Percayalah terhadap kemampuan Anda untuk meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
C : Care (Peduli)
Pedulilah pada kemampuan Anda meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
D : Direct (Langsung)
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.
E : Earn (Menerima/Mendapatkan)
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik.
F : Face (Hadapi)
Hadapi masalah dengan benar dan yakin.
G : Go (Pergi)
Berangkatlah dari kebenaran.
H : Homework (PR)
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.
I : Ignore (Abaikan)
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan Anda mencapai tujuan.
J : Jealously (Kecemburuan)
Rasa iri dapat membuat Anda tidak menghargai kelebihan Anda sendiri, jadi hindarilah.
K : Keep (Menjaga)
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.
L : Learn (Belajar)
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
M : Mind (Pikiran)
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.
N : Never (Jangan Pernah)
Jangan pernah putus asa.
O : Observe (Amati)
Amatilah segala hal di sekeliling Anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.
P : Patience (Kesabaran)
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat Anda terus berusaha.
Q : Question (Pertanyaan)
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.
R : Respect (Hargai/Hormati)
Hargai diri sendiri dan juga orang lain.
S : Self Confidence, Self Esteem / Self Respect (Percaya Diri, Penghargaan Diri)
Kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri membebaskan kita dari saat-saat tegang.
T : Take (Ambil)
Bertanggung jawab pada setiap tindakan Anda.
U : Understand (Memahami/Mengerti)
Pahami bahwa hidup itu selalu ada potensi untuk naik.
V : Value (Nilai)
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik.
W : Work (Kerja)
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.
X : X'tra (Ekstra)
Usaha lebih keras membawa keberhasilan.
Y : You (Kamu)
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.
Z : Zero (Nol)
Selalu ingat, usaha nol membawa hasil nol pula.
Sumber : Andrie Wongso
Terimalah diri Anda sebagaimana adanya.
B : Believe (Percaya)
Percayalah terhadap kemampuan Anda untuk meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
C : Care (Peduli)
Pedulilah pada kemampuan Anda meraih apa yang Anda inginkan dalam hidup.
D : Direct (Langsung)
Arahkan pikiran pada hal-hal positif yang meningkatkan kepercayaan diri.
E : Earn (Menerima/Mendapatkan)
Terimalah penghargaan yang diberi orang lain dengan tetap berusaha menjadi yang terbaik.
F : Face (Hadapi)
Hadapi masalah dengan benar dan yakin.
G : Go (Pergi)
Berangkatlah dari kebenaran.
H : Homework (PR)
Pekerjaan rumah adalah langkah penting untuk pengumpulan informasi.
I : Ignore (Abaikan)
Abaikan celaan orang yang menghalangi jalan Anda mencapai tujuan.
J : Jealously (Kecemburuan)
Rasa iri dapat membuat Anda tidak menghargai kelebihan Anda sendiri, jadi hindarilah.
K : Keep (Menjaga)
Terus berusaha walaupun beberapa kali gagal.
L : Learn (Belajar)
Belajar dari kesalahan dan berusaha untuk tidak mengulanginya.
M : Mind (Pikiran)
Perhatikan urusan sendiri dan tidak menyebar gosip tentang orang lain.
N : Never (Jangan Pernah)
Jangan pernah putus asa.
O : Observe (Amati)
Amatilah segala hal di sekeliling Anda. Perhatikan, dengarkan, dan belajar dari orang lain.
P : Patience (Kesabaran)
Sabar adalah kekuatan tak ternilai yang membuat Anda terus berusaha.
Q : Question (Pertanyaan)
Pertanyaan perlu untuk mencari jawaban yang benar dan menambah ilmu.
R : Respect (Hargai/Hormati)
Hargai diri sendiri dan juga orang lain.
S : Self Confidence, Self Esteem / Self Respect (Percaya Diri, Penghargaan Diri)
Kepercayaan diri dan penghargaan atas diri sendiri membebaskan kita dari saat-saat tegang.
T : Take (Ambil)
Bertanggung jawab pada setiap tindakan Anda.
U : Understand (Memahami/Mengerti)
Pahami bahwa hidup itu selalu ada potensi untuk naik.
V : Value (Nilai)
Nilai diri sendiri dan orang lain, berusahalah melakukan yang terbaik.
W : Work (Kerja)
Bekerja dengan giat, jangan lupa berdoa.
X : X'tra (Ekstra)
Usaha lebih keras membawa keberhasilan.
Y : You (Kamu)
Anda dapat membuat suatu yang berbeda.
Z : Zero (Nol)
Selalu ingat, usaha nol membawa hasil nol pula.
Sumber : Andrie Wongso
Mencoba lebih baik daripada tidak samasekali
Jika aku harus berenang di laut untuk mendapatkan apa yang aku inginkan,
aku akan belajar bagaimana berenang, dan aku akan mengarungi lautan itu.
Jika aku harus mendaki gunung tertinggi untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, aku akan belajar cara memanjat, dan aku akan memanjat gunung itu.
Jika aku harus menyelam samudra terdalam untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, maka aku akan belajar bagaimana cara menyelam, dan aku akan menyelami samudra itu.
Jika aku kecewa karena hal-hal yang tidak tampak seperti yang aku inginkan,
maka aku akan belajar bagaimana menerimanya, dan aku akan mencoba untuk menerimanya.
Setidaknya sekarang aku telah mengalami bagaimana berenang, mendaki dan menyelam dan juga bagaimana untuk menerima segala sesuatu yang berasal dari usahaku..
Kemudian, aku akan mencoba kembali untuk melakukan lebih baik. Demi apa yang aku inginkan…
Aku akan datang.. dan mencapai semua itu.. Semoga saja keinginan ini adalah baik… dan untuk kebaikan
sgala yg kita lakukan baik atau buruk itu pasti akan bernilai baik untuk diri sendiri ataupun orang lain...
Sumber : Chicken soup for the soul
aku akan belajar bagaimana berenang, dan aku akan mengarungi lautan itu.
Jika aku harus mendaki gunung tertinggi untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, aku akan belajar cara memanjat, dan aku akan memanjat gunung itu.
Jika aku harus menyelam samudra terdalam untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, maka aku akan belajar bagaimana cara menyelam, dan aku akan menyelami samudra itu.
Jika aku kecewa karena hal-hal yang tidak tampak seperti yang aku inginkan,
maka aku akan belajar bagaimana menerimanya, dan aku akan mencoba untuk menerimanya.
Setidaknya sekarang aku telah mengalami bagaimana berenang, mendaki dan menyelam dan juga bagaimana untuk menerima segala sesuatu yang berasal dari usahaku..
Kemudian, aku akan mencoba kembali untuk melakukan lebih baik. Demi apa yang aku inginkan…
Aku akan datang.. dan mencapai semua itu.. Semoga saja keinginan ini adalah baik… dan untuk kebaikan
sgala yg kita lakukan baik atau buruk itu pasti akan bernilai baik untuk diri sendiri ataupun orang lain...
Sumber : Chicken soup for the soul
Kisah seorang ayah dan anak yang ditinggal wanita yang dikasihinya
Kisah ini saya baca beberapa hari yang lalu,dan saya ingin berbagi utk sekedar merenungkan sejenak tentang apa yang kita jalani..
Lima tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... di sanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!
Ya Alloh..! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:
"Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya ... Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainan saya ... Saya minta maaf Ayah ... "
Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya. Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang dikasihinya.
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal.... Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan.
Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Ayah". Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu..... Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin,dan hari raya idul fitri pun telah tiba. tapi astagfirulloh, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bias menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Ayah". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.
Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk ibu.....". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?" Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus". Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakana .... Aku bilang pada anakku, "Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada ibu. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.
Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......
'Ibu sayang', Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi. Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya. Ibu, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi ibu, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat ibu? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul?
Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istri saya ....
Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, Untuk para istri, yang telah dianugerahi seorang suami yang baik atau untuk calon ibu atau bapak, yang penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya selalu berterima-kasihlah setiap hari padanya. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu, membimbingmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu. Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya.
Sumber : Chicken soup for the soul
Lima tahun yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi, sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surgawi, baik-baik sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja, aku harus segera berangkat ke kantor, anak saya masih tertidur. Ohhh... aku harus menyediakan makan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan. Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras. Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam. Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... di sanalah sumber 'masalah'nya ... sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut!
Ya Alloh..! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian, dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan singkat:
"Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie. Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya ... Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai ayah pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan ayah karena aku sedang bermain dengan mainan saya ... Saya minta maaf Ayah ... "
Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku ... tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya. Setelah beberapa lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya, lalu aku membujuknya untuk tidur. Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku, dan melihat anakku masih menangis, bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto ibu yang dikasihinya.
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.
Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi, saya benar-benar menyesal.... Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan. Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis, sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan.
Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Ayah". Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah, karena yg diundang adalah siswa dengan ibunya. Dan itulah alasan ketidakhadirannya karena ia tidak punya ibu..... Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya ia akan merasa bangga, tentu saja dia membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin,dan hari raya idul fitri pun telah tiba. tapi astagfirulloh, anakku membuat masalah lagi. Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat. Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bias menahan diri untuk tidak memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Ayah". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu.
Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya? Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk ibu.....". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat, pada waktu yg sama?" Jawaban anakku itu : "Aku telah menulis surat buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus". Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan apa yang harus aku katakana .... Aku bilang pada anakku, "Nak, ibu sudah berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada ibu. Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu.
Dan salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......
'Ibu sayang', Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi. Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya. Ibu, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi ibu, aku mulai melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat ibu? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa engkau tak pernah muncul?
Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istri saya ....
Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, Untuk para istri, yang telah dianugerahi seorang suami yang baik atau untuk calon ibu atau bapak, yang penuh kasih sayang terhadap anak-anaknya selalu berterima-kasihlah setiap hari padanya. Dia telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu, membimbingmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu. Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya, karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yg bisa menggantikan posisinya.
Sumber : Chicken soup for the soul
KENTANG
Ada salah satu TK (taman kanak-kanak) di Australia, pada suatu hari guru TK tersebut mengadakan “permainan” menyuruh anak tiap-tiap muridnya membawa kantong plastik transparan 1 buah dan kentang.
Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang di benci, sehingga jumlah kentangnya tidak di tentukan berapa…tergantung jumlah orang2 yg di benci. Pada hari yang disepakati masing2 murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.
Seperti perintah guru mereka tiap2 kentang di beri nama sesuai nama orang yang di benci. Murid2 harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi bahkan ke toilet sekalipun selama 1 mingggu.
Hari berganti hari kentang2 pun mulai membusuk, murid2 mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.
Setelah 1 minggu murid2 TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Guru: “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?”
Keluarlah keluhan dari murid2 TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang2 busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan.
Guru: “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.” Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi.Itu hanya 1 minggu bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup? Alangkah tidak nyamannya…..”
Masing-masing kentang tersebut di beri nama berdasarkan nama orang yang di benci, sehingga jumlah kentangnya tidak di tentukan berapa…tergantung jumlah orang2 yg di benci. Pada hari yang disepakati masing2 murid membawa kentang dalam kantong plastik. Ada yang berjumlah 2, ada yang 3 bahkan ada yang 5.
Seperti perintah guru mereka tiap2 kentang di beri nama sesuai nama orang yang di benci. Murid2 harus membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi bahkan ke toilet sekalipun selama 1 mingggu.
Hari berganti hari kentang2 pun mulai membusuk, murid2 mulai mengeluh, apalagi yang membawa 5 buah kentang, selain berat baunya juga tidak sedap.
Setelah 1 minggu murid2 TK tersebut merasa lega karena penderitaan mereka akan segera berakhir.
Guru: “Bagaimana rasanya membawa kentang selama 1 minggu?”
Keluarlah keluhan dari murid2 TK tersebut, pada umumnya mereka tidak merasa nyaman harus membawa kentang2 busuk tersebut kemanapun mereka pergi. Guru pun menjelaskan apa arti dari “permainan” yang mereka lakukan.
Guru: “Seperti itulah kebencian yang selalu kita bawa-bawa apabila kita tidak bisa memaafkan orang lain.” Sungguh sangat tidak menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi.Itu hanya 1 minggu bagaimana jika kita membawa kebencian itu seumur hidup? Alangkah tidak nyamannya…..”
Berhentilah menjadi gelas
Sahabat, Beberapa waktu yang lalu saya membaca cerita yang cukup menginspirasi bagi diri saya. Cukup untuk bisa membuat diri kita lebih bijaksana dalam menghadapi masalah. Mau tau cerita? Jadi begini ceritanya,
Seorang guru Sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini?” sang guru bertanya.
“Guru, belakanan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
He.he.he.he..”Sang guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam itu dan masukan ke dalam segelas air,”kata sang guru. “Setelah itu coba kamu minim airnya sedikit.” Si muridpun melakukanya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.”Bagaimana rasanya?’ Tanya sang guru. “huuhh.. Asin dan perutku jadi mual,”jawab si murid dengan wajah masih meringis. Sang Guru hanya tersenyum melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kamu ikut aku.”Sang guru pun membawanya ke danau di dekat mereka.”Ambil garam yang tersisa dan tebarkanlah ke danau.”Si murid menebarkan segenggam garam sisa tadi ke danau tanpa bicara apapun. Walaupun Rasa asin dimulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dimulutnya, tapi tak dilakukanya. Tak sopan rasanya meludah di hadapan mursyid.
“Sekarang coba kamu minum air danau itu,”kata sang guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat dipinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tanganya , mengambil air danau dan meminumnya. Ketika air dingin segar mengalir di tenggorokanya, sang Guru bertanya,”Bagimana rasanya?”
“mmmh..Segaar, segar sekali,”kata simurid sambil mengelap bibirnya. Tentu saja air danau ini berasal dari sumber mata air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. “Terasakah rasa garam yang kau taburkan?” tanya sang Guru. “Tidak sama sekali guru!,”kata si murid sambil mengambil air minumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum dan membiarkan muridnya mengambil minum sampai puas.
“Nak,”kata sang Guru setelah muridnya selesai minum.”Segala masalah dalam hidup ini hanya seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang kau hadapi dalam hidupmu itu sduah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap segitu-gitu aja tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia inipun demikian. Tidak ada satupun manusia,walau dia seorang nabi yang terbebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam mendengarkan.”Tapi Nak, Rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, Berhentilah Menjadi ‘Gelas’. Jadikan qalbu dalam dadamu itu sebesar ‘danau’.”
terkadang masalah yang kecil menjadi besar tatkala hati kita sempit. Banyak sekali kita menyaksikan dalam perjalanan hidup kita ada orang saling bunuh hanya karena masalah yang kecil. Masalah yang kecil itu menjadi besar tatkala hatinya sempit.
Sumber dari web : dr.Anhyka P Sedyawan
Seorang guru Sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung. “Kenapa kau selalu murung nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini?” sang guru bertanya.
“Guru, belakanan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
He.he.he.he..”Sang guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.” Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam itu dan masukan ke dalam segelas air,”kata sang guru. “Setelah itu coba kamu minim airnya sedikit.” Si muridpun melakukanya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.”Bagaimana rasanya?’ Tanya sang guru. “huuhh.. Asin dan perutku jadi mual,”jawab si murid dengan wajah masih meringis. Sang Guru hanya tersenyum melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.
“Sekarang kamu ikut aku.”Sang guru pun membawanya ke danau di dekat mereka.”Ambil garam yang tersisa dan tebarkanlah ke danau.”Si murid menebarkan segenggam garam sisa tadi ke danau tanpa bicara apapun. Walaupun Rasa asin dimulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dimulutnya, tapi tak dilakukanya. Tak sopan rasanya meludah di hadapan mursyid.
“Sekarang coba kamu minum air danau itu,”kata sang guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat dipinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tanganya , mengambil air danau dan meminumnya. Ketika air dingin segar mengalir di tenggorokanya, sang Guru bertanya,”Bagimana rasanya?”
“mmmh..Segaar, segar sekali,”kata simurid sambil mengelap bibirnya. Tentu saja air danau ini berasal dari sumber mata air diatas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil dibawah. “Terasakah rasa garam yang kau taburkan?” tanya sang Guru. “Tidak sama sekali guru!,”kata si murid sambil mengambil air minumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum dan membiarkan muridnya mengambil minum sampai puas.
“Nak,”kata sang Guru setelah muridnya selesai minum.”Segala masalah dalam hidup ini hanya seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang kau hadapi dalam hidupmu itu sduah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap segitu-gitu aja tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia inipun demikian. Tidak ada satupun manusia,walau dia seorang nabi yang terbebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam mendengarkan.”Tapi Nak, Rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, Berhentilah Menjadi ‘Gelas’. Jadikan qalbu dalam dadamu itu sebesar ‘danau’.”
terkadang masalah yang kecil menjadi besar tatkala hati kita sempit. Banyak sekali kita menyaksikan dalam perjalanan hidup kita ada orang saling bunuh hanya karena masalah yang kecil. Masalah yang kecil itu menjadi besar tatkala hatinya sempit.
Sumber dari web : dr.Anhyka P Sedyawan
Kepandaian Seorang Hakim
“Seseorang masih mempunyai harapan jika dia telah melakukan sesuatu yang buruk tetapi takut untuk diketahui.
Seseorang sudah tercela jika dia melakukan suatu hal yang bagus
tetapi supaya semua orang mengetahuinya.”
Kisah:
Suatu malam ada pencurian sejumlah besar uang di sebuah hotel. Polisi cepat-cepat menahan semua tersangka di hotel dan sekitarnya. Semuanya berjumlah lima belas orang. Tetapi tak seorang pun yang mengaku telah melakukan pencurian.
Pada sidang pertama hakim tidak mempunyai cukup bukti untuk menuntut seorang pun. Kemudia dia mengumumkan bahwa di sebuah kuil di bagian utara ada sebuah bel kuningan yang sudah tua. Bel ini mempunyai kekuatan untuk mengungkapkan kebohongan.
Dia mengirim beberapa polisi untuk meminjam bel tersebut. Setelah bel itu dipasang di pengadilan, hakim membungkuk di depan bel dan secara serius memintanya untuk menjatuhkan keputusan dalam perkara ini. Kelima belas orang itu dihadapkan kepada bel itu. Setiap orang diharuskan untuk menyentuh bel itu dengan tangannya. Dia mengatakan bahwa jika seseorang itu tidak bersalah, bel tidak akan berbunyi ketika disentuh. Tetapi jika seseorang itu bersalah, bel itu akan berdering.
Kemudian semua lampu dimatikan dan ruangan pengadilan menjadi gelap. Satu persatu dari para tersangka berjalan menuju bel kuningan yang diletakan dibelakang sebuah layar dan meletakan tangan mereka di atasnya. Ketika bel tersebut tidak berbunyi, para hadirin di pengadilan menjadi kecewa karena berarti semua lulus tes itu.
Ketika lampu dinyalakan, hakim meminta mereka untuk menjulurkan tangan meraka. Diantara tangan-tangan yang hitam ada sepasang tangan yang bersih.
“kamu adalah pencuri itu,” kata hakim, menunjuk kepada pria yang tangannya bersih itu.
Sebelumnya hakim memerintahkan untuk melapisi bel tersebut dengan minyak&cat. Pencuri itu tidak berani menyentuhnya karena takut kejahatannya akan terungkap.
Pria itu, setelah ditangkap, mengakui telah melakukan pencurian tersebut.
Sumber : buku kisah-kisah kebijaksanaan
Seseorang sudah tercela jika dia melakukan suatu hal yang bagus
tetapi supaya semua orang mengetahuinya.”
Kisah:
Suatu malam ada pencurian sejumlah besar uang di sebuah hotel. Polisi cepat-cepat menahan semua tersangka di hotel dan sekitarnya. Semuanya berjumlah lima belas orang. Tetapi tak seorang pun yang mengaku telah melakukan pencurian.
Pada sidang pertama hakim tidak mempunyai cukup bukti untuk menuntut seorang pun. Kemudia dia mengumumkan bahwa di sebuah kuil di bagian utara ada sebuah bel kuningan yang sudah tua. Bel ini mempunyai kekuatan untuk mengungkapkan kebohongan.
Dia mengirim beberapa polisi untuk meminjam bel tersebut. Setelah bel itu dipasang di pengadilan, hakim membungkuk di depan bel dan secara serius memintanya untuk menjatuhkan keputusan dalam perkara ini. Kelima belas orang itu dihadapkan kepada bel itu. Setiap orang diharuskan untuk menyentuh bel itu dengan tangannya. Dia mengatakan bahwa jika seseorang itu tidak bersalah, bel tidak akan berbunyi ketika disentuh. Tetapi jika seseorang itu bersalah, bel itu akan berdering.
Kemudian semua lampu dimatikan dan ruangan pengadilan menjadi gelap. Satu persatu dari para tersangka berjalan menuju bel kuningan yang diletakan dibelakang sebuah layar dan meletakan tangan mereka di atasnya. Ketika bel tersebut tidak berbunyi, para hadirin di pengadilan menjadi kecewa karena berarti semua lulus tes itu.
Ketika lampu dinyalakan, hakim meminta mereka untuk menjulurkan tangan meraka. Diantara tangan-tangan yang hitam ada sepasang tangan yang bersih.
“kamu adalah pencuri itu,” kata hakim, menunjuk kepada pria yang tangannya bersih itu.
Sebelumnya hakim memerintahkan untuk melapisi bel tersebut dengan minyak&cat. Pencuri itu tidak berani menyentuhnya karena takut kejahatannya akan terungkap.
Pria itu, setelah ditangkap, mengakui telah melakukan pencurian tersebut.
Sumber : buku kisah-kisah kebijaksanaan
Tukang Cukur dan Tuhan
Seorang konsumen datang ke tempat tukang cukur untuk memotong rambut dan merapikan brewoknya.
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar??
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,
“Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.
“Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Sumber : Chicken Soup for The Soul
Si tukang cukur mulai memotong rambut konsumennya dan mulailah terlibat pembicaraan yang mulai menghangat.
Mereka membicarakan banyak hal dan berbagai variasi topik pembicaraan, dan sesaat topik pembicaraan beralih tentang Tuhan.
Si tukang cukur bilang,”Saya tidak percaya Tuhan itu ada”.
“Kenapa kamu berkata begitu ???” timpal si konsumen.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan… untuk menyadari bahwa Tuhan itu tidak ada.
Katakan kepadaku, jika Tuhan itu ada,
Adakah yang sakit??,
Adakah anak terlantar??
Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit ataupun kesusahan.
Saya tidak dapat membayangkan Tuhan Yang Maha Penyayang akan membiarkan ini semua terjadi.”
Si konsumen diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon karena dia tidak ingin memulai adu pendapat.
Si tukang cukur menyelesaikan pekerjaannya dan si konsumen pergi meninggalkan tempat si tukang cukur.
Beberapa saat setelah dia meninggalkan ruangan itu dia melihat ada orang di jalan dengan rambut yang panjang, berombak kasar (mlungker-mlungker- istilah jawa-nya), kotor dan brewok yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si konsumen balik ke tempat tukang cukur dan berkata,
“Kamu tahu, sebenarnya TIDAK ADA TUKANG CUKUR.”
Si tukang cukur tidak terima,” Kamu kok bisa bilang begitu ??”.
“Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukurmu!”
“Tidak!” elak si konsumen.
“Tukang cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang di luar sana”, si konsumen menambahkan.
“Ah tidak, tapi tukang cukur tetap ada!”, sanggah si tukang cukur.
” Apa yang kamu lihat itu adalah salah mereka sendiri, kenapa mereka tidak datang ke saya”, jawab si tukang cukur membela diri.
“Cocok!” kata si konsumen menyetujui.
“Itulah point utama-nya!.
Sama dengan Tuhan, TUHAN ITU JUGA ADA !
Tapi apa yang terjadi… orang-orang TIDAK MAU DATANG kepada-NYA, dan TIDAK MAU MENCARI-NYA.
Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di dunia ini.”
Sumber : Chicken Soup for The Soul
Langganan:
Postingan (Atom)